Sebuah cerita yang sering kali terabaikan dalam narasi agama adalah peran yang dimainkan oleh para Nabi sebagai penggembala kambing sebelum panggilan ilahi mereka terwujud. Meskipun terkenal karena wahyu ilahi dan misi spiritual mereka, para Nabi seperti Musa, Daud, dan Muhammad – semuanya memiliki pengalaman awal yang sederhana sebagai penggembala kambing.
Seperti diketahui, kambing termasuk hewan yang sulit diatur. Penggembala dituntut untuk sabar dan telaten dalam merawat kambing. Dalam konteks kekinian juga sama, kambing tidak hanya diberi makan melainkan juga dimandikan serta kandang wajib dibersihkan.
Musa AS memiliki awal yang sangat sederhana sebelum panggilan ilahi menuntunnya. Musa diangkat oleh Allah dari antara kelompoknya yang sedang menggembalakan kambing di gunung Sinai ketika dia diperintahkan untuk menghadap kepadanya dalam bentuk semak yang menyala. Pengalaman ini menandai awal perjalanan spiritualnya yang luar biasa.
Mukjizat Nabi Musa adalah membelah lautan dengan tongkatnya ketika sudah terdesak oleh Fir’aun dan para pengikutnya. Sontak pertolongan Allah datang sehingga Musa bisa selamat dari Fir’aun. Tongka Nabi Musa tersimpan di Museum Topkapi, Turki. Tapi jangan coba-coba memakai tongkat tersebut untuk membelah lautan, karena tidak akan terjadi apa.
Nabi Daud merupakan salah satu manusia yang beruntung, seorang Nabi dan sekaligus raja terkenal dalam sejarah agama Samawi, juga dimulai dari profesi penggembala kambing. Sebelum menjadi raja yang berpengaruh, Daud dikenal sebagai seorang yang tekun menjaga kambing-kambingnya di padang rumput. Bahkan dalam kisah terkenalnya melawan raksasa Goliath, Daud masih mengidentifikasi dirinya sebagai seorang penggembala.
Siapa sangka, profesi penggembala para Nabi sejak dulu hingga sekarang masih terus lestari dan menghasilkan banyak keuntungan selama cakap dalam merawat dan memasarkan. Coba perhatikan disekitar banyaknya para juragan-juragan baru yang lahir dari peternak kambing.
Nabi terakhir dalam Islam, Muhammad SAW, juga memiliki pengalaman sebagai penggembala kambing. Sejak usia muda, dia bekerja untuk keluarga terkemuka di Mekkah, menggembalakan kambing di padang pasir yang luas. Pengalaman ini memberinya kesempatan untuk merenungkan alam, mengembangkan ketekunan, dan memahami tanggung jawab terhadap makhluk Allah. Apa yang membuat pengalaman sebagai penggembala kambing ini menjadi relevan dalam konteks spiritual?
Tugas penggembala kambing adalah pekerjaan yang sederhana dan bersentuhan langsung dengan alam. Ini mengajarkan para nabi untuk menghargai kehidupan yang sederhana dan menemukan kebenaran dalam hal-hal yang sederhana.
Merawat dan melindungi kambing-kambing membutuhkan ketekunan dan kepemimpinan yang kuat. Ini membentuk karakter para nabi dan mempersiapkan mereka untuk tugas-tugas yang lebih besar di masa depan.
Dalam kesendirian padang rumput atau padang pasir, para nabi memiliki kesempatan untuk merenungkan alam, kebesaran Allah, dan peran mereka dalam rencana-Nya. Ini membantu mereka memperdalam hubungan spiritual mereka dan mempersiapkan diri untuk menerima wahyu ilahi.
Sebagai penggembala, para nabi belajar untuk setia dan bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan kepada mereka. Ini merupakan prasyarat penting dalam menerima dan menjalankan misi ilahi.
Dalam pandangan yang lebih luas, pengalaman sebagai penggembala kambing bagi para nabi mengajarkan kita bahwa kesederhanaan, ketekunan, dan kesetiaan merupakan nilai-nilai yang penting dalam mencapai pemahaman spiritual yang lebih dalam dan melayani Allah dengan baik. Meskipun tugas tersebut sederhana, pelajaran yang mereka terima dari pengalaman tersebut sangat berharga dan relevan hingga hari ini.