Jurusan Hadis yang merupakan bagian integral dari studi agama Islam, seringkali tidak mendapatkan perhatian yang cukup di kalangan mahasiswa. Fenomena ini mungkin terasa membingungkan mengingat pentingnya hadis dalam pemahaman dan praktik Islam. Menurut KH. Miftachul Achyar, Rois Am PBNU. Minimnya ahli hadis dikarenakan ilmu ini terbilang sulit.
Selain membutuhkan kecerdasan juga membutukan, waktu yang lama dan biaya yang tidak sedikit. Dalam artikel ini, kita akan mengeksplorasi alasan mengapa jurusan hadis sering sepi peminat, serta implikasi dari fenomena tersebut.
Salah satu alasan utama di balik kurangnya minat pada jurusan hadis adalah tantangan dalam pemahaman dan interpretasi hadis. Studi hadis memerlukan pemahaman yang mendalam tentang bahasa Arab klasik, konteks sejarah, dan metodologi kritis. Hal ini bisa menjadi hambatan bagi mahasiswa yang tidak memiliki latar belakang yang memadai dalam hal ini.
Di banyak institusi, terdapat kecenderungan untuk memilih jurusan yang dianggap lebih “praktis” atau relevan dengan pasar kerja. Sebagai contoh, jurusan teknik, bisnis, atau kedokteran sering kali lebih diminati karena dianggap menjanjikan karir yang lebih stabil dan berpenghasilan tinggi. Sebagai akibatnya, jurusan seperti hadis mungkin dianggap kurang menarik bagi sebagian mahasiswa.
Ada juga stereotip negatif yang terkait dengan studi hadis, terutama dalam konteks perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan modern. Beberapa orang mungkin melihat studi hadis sebagai kuno atau tidak relevan dengan dunia saat ini. Pandangan ini bisa mengurangi minat pada jurusan tersebut di kalangan generasi muda yang lebih condong pada hal-hal yang “modern” dan “teknologi-orientasi”.
Kurangnya guru yang berkualitas dalam bidang hadis juga dapat menjadi faktor penentu minat mahasiswa. Pengajar yang tidak mampu menyampaikan materi dengan cara yang menarik dan memotivasi dapat membuat mahasiswa kehilangan minat dalam mata kuliah tersebut.
Sepinya minat pada jurusan hadis memiliki implikasi yang signifikan, baik untuk pendidikan Islam maupun untuk pemahaman agama secara luas. Berikut adalah beberapa implikasi yang perlu dipertimbangkan:
Kurangnya minat pada studi hadis membuat tenaga ahli berkurang dalam bidang ini. Padahal, tenaga ahli hadis sangat dibutuhkan dalam berbagai bidang, termasuk pendidikan, penelitian, fatwa, dan pengembangan kurikulum.
Hadis bukan hanya sumber hukum dan pedoman spiritual dalam Islam, tetapi juga bagian penting dari tradisi Islam yakni sanad keilmuan. Jika minat pada studi hadis terus menurun, ada risiko kehilangan pemahaman mendalam tentang warisan ini.
Kurangnya minat pada studi hadis juga dapat menyebabkan pemahaman keagamaan yang sempit dan terbatas. Hadis memberikan konteks dan penjelasan yang penting untuk memahami ayat-ayat Al-Qur’an dan praktik keagamaan Islam secara keseluruhan.
Jika minat pada jurusan hadis terus menurun, hal ini juga dapat berdampak negatif pada kualitas pendidikan agama secara keseluruhan. Kurangnya tenaga pengajar yang berkualitas dan kurangnya penelitian dalam bidang hadis dapat menyebabkan penurunan standar pendidikan agama.
Minat yang rendah pada jurusan hadis memiliki dampak yang luas, baik dalam konteks pendidikan Islam maupun pemahaman agama secara luas. Untuk mengatasi tantangan ini, diperlukan upaya yang berkelanjutan untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya studi hadis, meningkatkan kualitas pengajaran dan penelitian dalam bidang ini, serta mengintegrasikan pemahaman hadis dalam kurikulum pendidikan agama secara menyeluruh.
Dengan demikian, penting bagi institusi pendidikan dan masyarakat umum untuk memberikan perhatian yang lebih besar pada studi hadis agar warisan budaya dan keagamaan ini dapat dipelajari, dipahami, dan dilestarikan untuk generasi yang akan datang karena Hadis merupakan warisan Nabi setelah Al-Qur’an.